Pages

Thursday, February 26, 2015

PENCARIAN



Mungkinkah aku akan bisa tenang, saat ruang kecil dalam memori yang tertanam di dahiku ini menyimpan berjuta pertanyaan besar. Seperti halnya seorang tersesat yang mencari jalan untuk pulang, perasaan ini tak pernah jera untuk menyeretku untuk terus dan terus membaca, mengkaji, menelusuri jutaan lukisan aksara yang terukir secara abstrak.

Tentu saja ia tidak indah, sukar difahami memoriku yang kecil ini, tidak jarang over load information menyebarkan virusnya kedalam memori kecilku, membuat keningku terasa berputar dengan cepatnya layaknya baling-baling helikopter hingga tanpa sadar aku telah berada di alam yang berbeda.

Alam yang meskipun sudah ribuan kali aku datangi aku tak pernah bisa mengerti dan memahaminya, alam yang mengalir secara alami dan melahirkan cerita yang berbeda, kadangkala aku menemukan surga dan tak jarang neraka yang membuat jantungku bergetar kencang dan nafasku terasa berat. “Oh, aku bermimpi!”

Aku bergegas bangkit, aku buka jendela kamarku untuk menghirup udara segar dari penjaraku yang pengap, diluar bisa kulihat sang raja siang masih malu-malu dan enggan untuk keluar dari persembunyiannya. Aku bisa merasakan hawa dingin yang menyambangi kulitku, bisa kulihat suasana dunia luar yang temaram.

Tuesday, February 24, 2015

Aku Ingin Hidup

Aku ingin hidup


Terbuai aku dalam bayang semu, menjalani fatamorgana kehidupan, mengalami derita perputaran. Ku terjatuh, lalu mencoba untuk bangkit, lalu terjatuh lagi dan mencoba untuk bangkit lagi, begitu seterusnya dan entah sudah berapa kali perputaran itu terjadi hingga tak dapat lagi ku menghitungnya.

Kini lagi-lagi aku terjatuh, entah sudah berapa ribu kali ini menimpaku, kali ini aku ragu, apakah aku bisa bangkit lagi? Dari kesalahan yang terus dan terus terulang, dari jiwa lemah yang terlanjur menyatu dengan jiwaku.

Aku putus asa?
Ya, aku merasakan sesuatu yang sia-sia, aku ragu apakah aku bisa bangkit kalau suatu saat pasti akan tersesat lagi. Kepercayaan diriku telah sirna, dalam keadaan ini aku merasa mati adalah pilihan terbaik.

Friday, February 13, 2015

PUDARNYA PESONAMU


Aku bersyukur atas anugrah-Nya, yang masih diberikan kepadaku, yaitu hati yang terbebas dari tawanan cintamu.

Memoriku memutar ulang pesakitan yang pernah kurasakan, kala diriku selalu mengharapkan hadirmu disisiku sedang disisi lain diriku tak pernah ada dalam lembaran hidupmu. Saat ku tak bisa pejamkan mata lantaran mengingatmu, disisi lain kau tertidur pulas dalam mimpi indahmu. Cintaku begitu besar untukmu namun semua bertransformasi menjadi gairah kejam dalam diriku.

Engkau laksana malaikat maut, menusuk-nusuk jantung ditubuhku, menahan gerak dan lajuku, membakar isi di dahiku.

Aku berusaha lari dari hidupmu, melupakan setiap detail memori tentang dirimu, tapi sebaliknya aku semakin sering memperhatikanmu.

Kala rinduku tengah memuncak, kuberanikan diriku untuk menyapamu, lewat HP bututku kukirim pesan kerinduanku padamu, sekedar menanyakan keadaanmu dan berharap kau akan menanggapinya dengan lebih bersahabat. Tapi seperti biasa, kau selalu membalasnya dengan cuek, bahkan sering kau tak membalasnya.

Bayangmu Kian Memudar