Mungkinkah aku akan bisa
tenang, saat ruang kecil dalam memori yang tertanam di dahiku ini menyimpan
berjuta pertanyaan besar. Seperti halnya seorang tersesat yang mencari jalan
untuk pulang, perasaan ini tak pernah jera untuk menyeretku untuk terus dan
terus membaca, mengkaji, menelusuri jutaan lukisan aksara yang terukir secara
abstrak.
Tentu saja ia tidak indah,
sukar difahami memoriku yang kecil ini, tidak jarang over load information menyebarkan virusnya kedalam memori kecilku,
membuat keningku terasa berputar dengan cepatnya layaknya baling-baling helikopter
hingga tanpa sadar aku telah berada di alam yang berbeda.
Alam yang meskipun sudah
ribuan kali aku datangi aku tak pernah bisa mengerti dan memahaminya, alam yang
mengalir secara alami dan melahirkan cerita yang berbeda, kadangkala aku
menemukan surga dan tak jarang neraka yang membuat jantungku bergetar kencang
dan nafasku terasa berat. “Oh, aku bermimpi!”
Aku bergegas bangkit, aku
buka jendela kamarku untuk menghirup udara segar dari penjaraku yang pengap,
diluar bisa kulihat sang raja siang masih malu-malu dan enggan untuk keluar
dari persembunyiannya. Aku bisa merasakan hawa dingin yang menyambangi kulitku,
bisa kulihat suasana dunia luar yang temaram.