Aku ingin hidup |
Terbuai aku dalam bayang
semu, menjalani fatamorgana kehidupan, mengalami derita perputaran. Ku
terjatuh, lalu mencoba untuk bangkit, lalu terjatuh lagi dan mencoba untuk
bangkit lagi, begitu seterusnya dan entah sudah berapa kali perputaran itu
terjadi hingga tak dapat lagi ku menghitungnya.
Kini lagi-lagi aku terjatuh,
entah sudah berapa ribu kali ini menimpaku, kali ini aku ragu, apakah aku bisa
bangkit lagi? Dari kesalahan yang terus dan terus terulang, dari jiwa lemah
yang terlanjur menyatu dengan jiwaku.
Aku putus asa?
Ya, aku merasakan sesuatu
yang sia-sia, aku ragu apakah aku bisa bangkit kalau suatu saat pasti akan
tersesat lagi. Kepercayaan diriku telah sirna, dalam keadaan ini aku merasa
mati adalah pilihan terbaik.
Buat apa aku terus hidup
kalau terus menderita? Buat apa aku terus hidup kalau hanya kerusakan yang aku
hasilkan? Buat apa aku terus hidup kalau tidak ada sesuatu yang aku hasilkan?
Buat apa aku terus hidup kalau tidak ada yang bisa kuubah? Buat apa aku terus
hidup kalau hanya menambah angka kemacetan, menambah populasi yang sudah
melebihi kuota, menambah beban bagi Negara?
“Ya Allah, jika ini mimpi,
maka cepat bangunkanlah aku, aku tak kuat lagi jika terus seperti ini.” Ucapku
mencoba bangkit.
“Ini bukan mimpi!” sahutku
dalam hati. Aku bisa merasakan sakit ketika kugoreskan pisau menyayat kulitku
hingga darah segar mengaliri pisau yang siap mencabik-cabik tubuhku.
Aku sudah tak dapat berfikir
jernih lagi, dengan tekad yang kuat aku berniat menusukan pisau ini membelah
jantungku. Tanpa pikir panjang kuangkat tanganku tinggi-tinggi, aku bersiap
menusukan pisau itu kejantungku lalu dengan cepat kudorong tanganku, namun
sebelum pisau itu mencapai tubuhku ada sesuatu yang menyambar tanganku, aku
terkaget dan saat kulihat ternyata ada seorang pemuda yang mencoba
menghentikanku.
“Lepaskan, biarkan aku mati!”
aku memberontak.
“Mas tenang, semua masalah
bisa diselesaikan, jangan putus asa!”
“Tidak, aku sudah tidak kuat
lagi untuk hidup, aku mau mati saja!”
“Oke, mas tenang dulu,
ceritakan dulu masalah mas, setelah itu terserah mas mau melakukan apa saya tak
akan menghalangi!”
Kemudian aku menuruti
perkataannya, aku berusaha menenangkan diriku, kemudian aku terjatuh lemas, aku
akan membagi semua masalahku ini kepada pemuda yang mengacaukan rencanaku ini.
“Mas tenangkan fikiran dulu,
baru mas cerita semua permasalahan mas, saya akan coba bantu sebisa saya!” Kata
pemuda itu berusaha menenangkanku.
Aku minum segelas air putih
yang diberikanya, aku masih berusaha menenangkan diriku yang masih
terengah-engah, suasana terasa hening untuk beberapa saat.
“Pernahkah kau merasa putus
asa hingga kau merasa tak ada lagi harapan untuk hidup? Pernahkah kau merasa
hidupmu hanyalah sebagai angin lalu yang tak berguna?” Tanyaku memecah keheningan.
“Semua masalah itu ada
solusinya mas, pasti ada jalan keluarnya janganlah mas berputus asa untuk terus
berusaha dan semua makhluk hidup itu pasti berguna, Tuhan tidak mungkin
menciptakan sesuatu yang tidak berguna.”
“Kamu salah, apa guna makhluk
bodoh sepertiku? Apa yang bisa diharapkan dari pecandu berat sepertiku? Yang
pekerjaannya hanya menghabiskan harta orang tuanya, tidak pernah melakukan
sesuatu yang bermanfaat bahkan hanya bisa berbuat kerusakan dan menyakiti orang
lain.”
“Itu tidak benar mas,
setidaknya mas masih bisa menyesali perbuatan salah mas itu, mas masih
mempunyai hati nurani yang mengingkari semua kesalahan yang mas lakukan selama
ini, dalam diri mas masih ada kebaikan, mas rela mengorbankan diri mas agar
orang lain tidak sakit hati lagi karena perbuatan mas, mas rela mengorbankan
diri agar mas tidak melakukan kerusakan dan kejahatan lagi, niat mas ini
sungguh mulia, tapi cara mas keliru.”
“Lalu apa yang bisa aku
lakukan? Hanya cara ini yang bisa kulakukan untuk menghentikan semua
kebodohanku.”
“Lalu apakah dengan mati mas
merasa bisa menebus semua kesalahan mas? Apa yang bisa mas lakukan untuk
membalas budi orang tua mas kalau mati? Apa mas siap mempertanggungjawabkan
semua perbuatan mas diakhirat?”
“Tidak” jawabku lirih.
“Mas harus bangkit, mas harus
bertobat dan kembali ke jalan yang benar, mas harus menebus semua kesalahan mas
itu dengan berbuat banyak kebaikan dan melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi
orang lain.”
“Bangkit? Kau pikir aku tak
pernah berusaha? Aku sudah ribuan kali mencoba untuk bangkit, tapi aku selalu
terjerumus kembali dalam lembah kehinaan ini.”
“Mas janganlah berputus asa,
mas harus bertekad kuat untuk bertobat dan tidak akan mengulangi dosa-dosa yang
pernah mas lakukan lagi.”
“Mohon maaf sebelumnya, mas
seorang muslim kan?”
“Iya, tapi aku sudah lama
tidak mengenal Tuhan, aku merasa terlalu hina untuk menghadap-Nya, aku tidak
ingin mempermainkan-Nya lagi, aku tidak ingin bertobat lalu dengan mudah
mengingkari tobatku lagi.”
“Mas tidak boleh berputus
asa, Allah tidak menyukai orang yang berputus asa, Allah tidak akan jemu untuk
mengampuni hambanya meskipun dengan dosa sepenuh petala langit dan seluas bumi,
kemudian orang itu datang kepada-Nya dan tidak berbuat syirik dengan suatu apapun
maka ampunan Allah bagi mereka yang meminta dan tidak bagi yang enggan.”
“Allah itu maha penyayang mas
maha penerima taubat, Allah maha mengetahui bahwa tidak ada satu manusiapun di
muka bumi yang tidak berbuat dosa karena itu dalam islam seluas-luas pintu
adalah pintu Taubat”
“Allah telah berfirman dalam
Al-Qur’an surat At-Tahrim ayat 8 yang berbunyi ‘Hai
orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang sebenar’,
karena itu mas harus bertaubat, taubat yang semurninya taubat, taubat yang
sungguh-sungguh dengan tekad yang kuat untuk tidak mengulangi semua dosa mas
lagi.”
“Mas
jangan berputus asa, Allah juga telah berfirman dalam Al-Qur’an surat Az-Zumar
ayat 53 yang berbunyi ‘Katakanlah; wahai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap
diri mereka sendiri janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya
Allah mengampunkan dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah yang Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang’, Allah membuka lebar-lebar pintu taubat bagi
hamba-hambanya yang tersesat”
“Setan itu tidak pernah jemu
untuk menarik manusia mengikuti langkahnya menuju api neraka setiap saat,
karena itu jangan pernah jemu juga untuk memohon ampunannya dan bertobat. Mas
harus mencari lingkungan dan teman-teman yang baik yang bisa mengubah hidup mas
menjadi lebih baik, mas tinggalkan lingkungan buruk yang membuat mas tersesat.”
“Tidak ada kata terlambat
untuk bertobat mas, selama ruh mas masih belum ada di kerongkongan atau
matahari terbit dari barat, mas masih punya kesempatan, mas harus bertobat
dengan sungguh-sungguh dengan hati yang tulus ikhlas untuk tidak mengulanginya
lagi, selama mas masih hidup banyak hal baik akan menghampiri mas dan banyak
hal baik yang mas bisa lakukan.”
“Kamu benar!” kataku dan tak
terasa air mataku menetes.
“Aku sangat menyesal sekali
atas semua kebodohanku selama ini.”
“Aku belum boleh mati, aku
ingin hidup, aku ingin menebus semua kesalahanku selama ini.”
“Selama aku masih hidup,
banyak yang bisa kulakukan untuk menebus semua kesalahanku.”
“Aku ingin Hidup.”
The
End
Ada kutipan dari Al-Quran. Adem bener. :)
ReplyDeleteKalo pake gambar ilustrasi lebih dapet nih feel-nya. :D
hehe, belajar membuat fiksi dan menebar semangat :)
Deleteehm, saran yg bagus, tapi sayang gue tdk terlalu bagus dlm membuat ilustrasi :(
Iya bener adem deh kalau udah ada quote2 apalagi dapet dari al qur'an (y)
DeleteBunuh diri memang bukan keputusan yang baik. Justru sangat tidak diperbolehkan.
ReplyDeleteJangan pernah berputus asa terhadap hidup. Terus semangat, ya~
Tulisannya bagus. Ada firman Allah juga. Yang nggak tau jadi tau. :)
Ditunggu kisah-kisah inspiratif lainnya. \o/
wah ceritanya menginspirasi mas,,bunuh diri itu tidak akan menyelesaikan masalah yang ada malah menambah dosa :)
ReplyDeleteRima ==> yap, bener banget tuh, karena itu dalam cerpen ini gue pengin menyemangati mereka yg putus asa agar bisa bangkit lagi :) Ditunggu yach, n trimakasih udah mau baca ^^
ReplyDeleteDefa ==> Iyap, bener banget, bunuh diri hanya untuk mereka yg lari dari kenyataan, kenyataan bkn utk dihindari tapi utk dirubah #sokbijakdikitgakmasalahkan :D